FLIPPED LEARNING METHODOLOGY METODOLOGI PEMBELAJARAN SISTEM TERBALIK
Entering the year 2020, LB LIA Medan started a new learning methodology that is called Flipped Learning Methodology. It is used to accomodate the 21st century students way of learning, who are categorized as the Gen Z and Alpha. They were born and lived in the digital era where the ease of accesing the internet has enabled them to obtain information from different sources easily and quickly. Teachers and books are not the only sources to get information anymore. The high exposure of social media in the early ages makes them having shorter attention span, however they are more multi-tasked than the previous generations are.
The changes related to the technology advances that affected the way the students learn nowadays must be followed by the changes in learning methodolgy if LIA wants to have better learning outcomes for the students. Teachers should not be the center of the learning process as is in the conventional methode but students are (student-centered learning) , teachers are the facilitators. This can be happened with the “flipped Learning” which is currently being used widely in educational institutions . As an educational institution that has been established for 60 years in english learning, LIA sees that it is important to make this change if LIA wants to grow especially to produce graduates who are ready to compete in the global society.
Memasuki tahun 2020, LB LIA Medan mulai menerapkan metode pembelajaran dengan menggunakan sistem “flipped learning”. Perubahan ini dilakukan untuk mengakomodasi cara belajar siswa abad 21, yakni mereka yang termasuk dalam kelompok generasi Z dan Alpha. Para pembelajar ini adalah mereka yang lahir dan dibesarkan di era digital dimana kemudahan mengakses internet telah memampukan mereka untuk memperoleh pengetahuan dan informasi dari berbagai sumber dengan cepat dan mudah. Guru dan buku pembelajaran tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi dalam pembelajaran. Tingginya paparan media sosial di usia dini membuat mereka cenderung memiliki rentang perhatian yang lebih pendek, namun demikian mereka memiliki kemampuan ‘multi-tasking’, lebih tinggi dibandingkan generasi-generasi sebelumnya.
Perubahan-perubahan terkait kemajuan teknologi yang mempengaruhi cara siswa belajar saat ini harus pula diimbangi dengan perubahan dalam metodologi pembelajaran jika LIA menginginkan hasil belajar yang lebih baik untuk para peserta didiknya. Guru tidak seharusnya menjadi pusat pembelajaran sebagaimana yang terjadi dalam metode konvensional, tetapi harus lebih banyak berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar, dengan siswa sebagai pusatnya (student-centered learning). Hal ini dimungkinkan dengan metodologi pembelajaran ‘flipped learning’ yang saat ini semakin banyak digunakan oleh berbagai lembaga pendidikan. LIA sebagai institusi pendidikan yang sudah 60 tahun berkiprah dalam pembelajaran bahasa Inggris memandang pentingnya perubahan ini untuk dilakukan bila LIA ingin terus maju dan berkembang, terutama dalam mencetak dan menghasilkan lulusan-lulusan yang siap bersaing di masyarakat global.